Kuta Yogyakarta: Pabidaan ralatan

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kadada kasimpulan babakan
Baris 32:
[[Barakas:Jogja.jpg|250px|thumb|right|Logo wisata "JOGJA"]]
 
'''Kuta Yogyakarta''' adalah salah satu [[kuta]] besarganal di [[Pulaw Jawa]] nang marupakan indung banua wan pusat pamarintahan [[Dairah Istimiwa Yogyakarta]], wan sakaligus tempatwadah kadudukan bagigasan [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Sultan Yogyakarta]] wan [[Kadipaten Paku Alaman|Adipati Pakualam]].
 
Salah satu kacamatan di Yogyakarta, yaitu [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]] pernahsuah manjadi pusat [[KesultananKasultanan Mataram]] antara [[1575]]-[[1640]]. Karatun (Istana) nang masihmagun bapungsi dalam arti nang sasungguhnyasabujurnya adalah Karaton Ngayogyakarta wan Puro Pakualaman, nang marupakan pacahan darimatan [[Mataram]].
<!-- Belum salsai di-tarjamaha
== Etimologi ==
 
== Kuta mahirip ==
Nama Yogyakarta tqrambil dari dua kata, yaitu '''Ayogya''' yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, '''a''' "tidak", '''yogya''' merujuk pada '''yodya''' atau '''yudha''', yang berarti "perang"), dan '''Karta''' yang berarti "baik". Tapak [[keraton]] Yogyakarta sendiri menurut [[babad]] (misalnya Babad Giyanti) dan ''leluri'' (riwayat oral) telah berupa sebuah ''dalem'' yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh [[Sunan Pakubuwana II]] sebagai Dalem Ayogya<ref>Surjomihardjo, Abdurracham. 2008. ''Kota Yogyakarta Tempoe Doeloe, Sejarah Sosial 1880-1930''. Jakarta: Komunitas Bambu.</ref>.
* [[Gangbuk-gu]], [[Seoul]], [[Korea Salatan]]
 
== Sejarah ==
 
=== Mataram Hindu (Abad ke-10 Masehi) ===
 
Meskipun hilang dari catatan sejarah sejak berpindahnya pusat pemerintahan [[Kerajaan Medang]] pada abad ke-10 ke timur, wilayah lembah di selatan [[Gunung Merapi]] sejak abad ke-15 tetap dihuni banyak orang dan konon menjadi bagian dari kawasan yang disebut sebagai [[Pengging]]. Dalam kronik perjalanannya, [[Bujangga Manik]], seorang pangeran pertapa dari [[Kerajaan Sunda]] pernah melewati wilayah ini, tetapi tidak menyebut nama "Yogya" atau yang bermiripan.
 
=== Mataram Islam (1575 - 1620) ===
 
Cikal-bakal kota Yogya adalah kawasan [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]], sekarang menjadi salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta. Keraton penguasa Mataram Islam pertama, [[Panembahan Senapati]] (Sutawijaya), didirikan di suatu babakan yang merupakan bagian dari [[hutan Mentaok]] (''alas Mentaok''). Kompleks tertua keraton ini sekarang masih tersisa sebagai bagian batu [[benteng]], [[pemakaman]], dan [[masjid]]. Setelah sempat berpindah dua kali (di keraton Pleret dan keraton Kerta, keduanya berada di wilayah [[Kabupaten Bantul]]), pusat pemerintahan [[Kesultanan Mataram]] beralih ke [[Kartasura, Sukoharjo|Kartasura]].
 
=== Setelah Perjanjian Giyanti (1745 - 1945) ===
 
Sejarah kota memasuki babak baru menyusul ditandatanganinya [[Perjanjian Giyanti]] antara [[Pakubuwana III|Sunan Pakubuwono III]], [[Sultan Hamengkubuwono I|Pangeran Mangkubumi]] (yang dinobatkan menjadi '''Sultan Hamengkubuwono I''', dan [[VOC]] pada 13 Februari 1755. Perjanjian ini membagi dua [[Mataram]] menjadi Mataram Timur (yang dinamakan '''Surakarta''') dan Mataram Barat (yang kemudian dinamakan '''Ngayogyakarta''')
 
Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan politik baru secara resmi berdiri sejak [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] ([[Sultan Hamengkubuwono I]]) mengakhiri pemberontakan yang dipimpinnya, mendapat wilayah kekuasaan separuh wilayah Mataram yang tersisa, dan diizinkan mendirikan keraton di tempat yang dikenal sekarang. Tanggal wisuda keraton ini, 7 Oktober 1756, kini dijadikan sebagai hari jadi Kota Yogyakarta.
 
Perluasan kota Yogyakarta berjalan secara cepat. Perkampungan-perkampungan di luar tembok keraton dinamakan menurut kesatuan pasukan keraton, seperti Patangpuluhan, Bugisan, Mantrijeron, dan sebagainya. Selain itu, dibangun pula kawasan untuk orang-orang berlatar belakang non-pribumi, seperti Kotabaru untuk orang Belanda dan Pecinan untuk orang Tionghoa. Pola pengelompokan ini merupakan hal yang umum pada abad ke-19 sampai abad ke-20, sebelum berakhirnya penjajahan. Banyak di antaranya sekarang menjadi nama kecamatan di dalam wilayah kota.
 
Terdapat situs-situs tua yang tinggal puing, khususnya yang didirikan pada masa awal tetapi kemudian diterlantarkan karena rusak akibat gempa besar yang melanda pada tahun 1812, seperti situs tetirahan Warungboto, yang didirikan oleh [[Sultan Hamengkubuwana II]] dan situs Taman Sari di dalam tembok keraton yang didirikan Sultan Hamengkubuwana I. Pasar Beringharjo sudah dikenal sebagai tempat transaksi dagang sejak keraton berdiri, namun bangunan permanennya baru didirikan pada awal abad ke-20 (1925).
 
Paruh kedua abad ke-19 merupakan masa pemodernan kota. [[Stasiun Lempuyangan]] pertama dibangun dan selesai 1872. [[Stasiun Yogyakarta]] (Tugu) mulai beroperasi pada tanggal 2 Mei 1887. Yogyakarta di awal abad ke-20 merupakan kota yang cukup maju, dengan jaringan listrik, jalan untuk kereta kuda dan mobil cukup panjang, serta berbagai hotel serta pusat perbelanjaan (Jalan Malioboro dan Pasar Beringharjo) telah tersedia. Perkumpulan sepak bola lokal, [[PSIM]], didirikan pada tanggal 5 September 1929 dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram.
 
=== Masa Revolusi (1945 - 1950) ===
 
Kota Yogyakarta juga memainkan percaturan politik sejarah [[Indonesia]], pada 4 Januari 1946, [[Kabinet Sjahrir I|Pemerintah Republik Indonesia]] memutuskan untuk memindahkan [[Ibu kota]] dari [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] ke Yogyakarta setelah Belanda dengan Sekutu melancarkan serangan ke Indonesia. Kota ini juga menjadi saksi atas [[Agresi Militer Belanda II]] pada 19 Desember 1948, yang pada akhirnya dapat diduduki Belanda, serta [[Serangan Umum 1 Maret 1949]] yang berhasil mneguasai Yogyakarta selama 6 jam.
 
== Pusaka dan Identitas Daerah ==
 
* Tombak Kyai Wijoyo Mukti
Merupakan Pusaka Pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tombak ini dibuat pada tahun 1921 semasa pemerintahan [[Sri Sultan Hamengku Buwono VIII]]. Senjata yang sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan dhapur kudhuping gambir ini, landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu walikun, yakni jenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji kekerasan dan keliatannya.
 
Sebelumnya tombak ini disimpan di bangsal Pracimosono dan sebelum diserahkan terlebih dahulu dijamasi oleh KRT. Hastono Negoro, di dalem Yudonegaran. Pemberian nama Wijoyo Mukti baru dilakukan bebarapa hari menjelang upacara penyerahan ke Pemkot Yogyakarta, pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah kota Yogyakarta tanggal 7 Juni 2000. Upacara penyerahan dilakukan di halaman Balaikota dan pusaka ini dikawal khusus oleh prajurit Kraton ”Bregodo Prajurit Mantrijero”.
 
Tombak Kyai Wijoyo Mukti melambangkan kondisi Wijoyo Wijayanti. Artinya, kemenangan sejati di masa depan, dimana seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan kesenangan lahir bathin karena tercapainya tingkat kesejahteraan yang benar-benar merata.
 
== Geografi ==
 
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code (yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.
 
Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
 
=== Batas Administrasi ===
 
Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Untuk menjaga keberlangsungan pengembangan kawasan ini, dibentuklah sekretariat bersama Kartamantul (Yogyakarta, Sleman, dan Bantul) yang mengurusi semua hal yang berkaitan dengan kawasan aglomerasi Yogyakarta dan daerah-daerah penyangga (Depok, Mlati, Gamping, Kasihan, Sewon, dan Banguntapan).
 
Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah:
* Utara: Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman
* Timur: Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul
* Selatan: Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
* Barat: Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
 
== Demografi ==
 
Jumlah penduduk kota Yogyakarta, berdasar Sensus Penduduk 2010 <ref>BPS, 2010.</ref>., berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara.
 
Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat Yogyakarta, dengan jumlah penganut Kristen dan Katolik yang relatif signifikan. Seperti kebanyakan dari Islam kebanyakan di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi Kejawen yang cukup kuat.
 
Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu [[Muhammadiyah]] yang didirikan oleh [[K.H. Ahmad Dahlan]] pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta.
 
Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Perguruan tinggi yang dimiliki oleh pemerintah adalah [[Universitas Gadjah Mada]], [[Universitas Negeri Yogyakarta]], [[Institut Seni Indonesia Yogyakarta]], [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga]] dan [[Institut Seni Indonesia Yogyakarta]].
 
== Transportasi ==
 
Kota Yogyakarta sangat strategis, karena terletak di jalur-jalur utama, yaitu Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Surabaya, dan kota-kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta - Semarang, yang menghubungkan Yogyakarta, Magelang, Semarang, dan kota-kota di lintas tengah Pulau Jawa. Karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat dan udara, sedangkan karena lokasinya yang cukup jauh dari laut (27 - 30 KM) menyebabkan tiadanya transportasi air di kota ini.
 
=== Dalam kota ===
 
==== Bus kota ====
 
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang tidak mengenal istilah angkutan kota (angkot dengan armada minibus). Transportasi darat di dalam Yogyakarta dilayani oleh sejumlah bus kota. Kota Yogyakarta punya sejumlah jalur bus yang dioperasikan oleh koperasi masing-masing (antara lain Aspada, Kobutri, Kopata, Koperasi Pemuda Sleman, dan Puskopkar) yang melayani rute-rute tertentu<ref>{{id}} {{cite web
| last = Situs Resmi Pemerintah kota Yogyakarta
| url = http://www.jogjakota.go.id/app/modules/extra/images/jalurbus.pdf
| title = Jalur bus
| format = pdf
| work =
| publisher =
| accessdate = 21 Juni
| accessyear = 2009
| archiveurl =
| archivedate =
| quote =
}}</ref>:
 
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 2|Jalur 2]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 3|Jalur 3]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 4|Jalur 4]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 5|Jalur 5]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 6|Jalur 6]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 7|Jalur 7]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 8|Jalur 8]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 9|Jalur 9]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 10|Jalur 10]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 11|Jalur 11]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 12|Jalur 12]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 15|Jalur 15]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 16|Jalur 16]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 17|Jalur 17]]
* [[Jalur bus kota Yogyakarta nomor 19|Jalur 19]]
 
==== Trans Jogja ====
 
Sejak Maret 2008, sistem transportasi bus yang baru, bernama [[Transjogja|Trans Jogja]] hadir melayani sebagai transportasi massal yang cepat, aman dan nyaman. Trans Jogja merupakan bus 3/4 yang melayani berbagai kawasan di Kota, Sleman dan sebagian Bantul. Hingga saat ini (November 2010), telah ada 8 (delapan) trayek yang melayani berbagai sarana vital di Yogyakarta, yaitu:
 
* '''Trayek 1A''' dan '''Trayek 1B''', melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta.
* '''Trayek 2A''' dan '''Trayek 2B''', melayani kawasan perkantoran [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] dan Sukonandi.
* '''Trayek 3A''' dan '''Trayek 3B''', melayani kawasan selatan, termasuk juga kawasan sejarah [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]].
* '''Trayek 4A''' dan '''Trayek 4B''', melayani kawasan pendidikan, seperti [[Universitas Islam Indonesia|UII]], APMD, [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga|UIN Sunan Kalijaga]], dan [[Stasiun Lempuyangan]].
 
Trans Jogja sangat diminati selain karena aman dan nyaman, tarif yang saat ini diterapkan juga terjangkau, yaitu Rp3.000,- untuk sekali jalan, dengan dua sistem tiket: sekali jalan dan berlangganan. Bagi tiket berlangganan, dikenakan potongan sebesar 10% untuk umum dan 30% bagi pelajar.
 
==== Taksi ====
 
Taksi mudah dijumpai di berbagai ruas jalan di Yogyakarta, terutama di ruas protokol dan kawasan pusat ekonomi dan wisata. Ada berbagai perusahaan taksi yang melayani angkutan ini, dari yang berupa sedan hingga minibus.
 
=== Luar kota ===
 
==== Kereta api ====
Transportasi ke Yogyakarta dapat menggunakan [[kereta api]] dari [[Kota Jakarta|Jakarta]], [[Kota Bandung|Bandung]] atau [[Kota Surabaya|Surabaya]], pemberangkatan dan kedatangan kereta api (KA) kelas eksekutif dan bisnis dilayani [[Stasiun Yogyakarta]], juga dikenal sebagai '''Stasiun Tugu''' sedangkan KA kelas ekonomi dilayani di [[Stasiun Lempuyangan]]. Ada pula kereta api komuter cepat dengan [[Kota Surakarta|Surakarta]] yang bernama [[Pramek]].
 
==== Bus ====
 
[[bis|Bus AKAP]] tersedia dari dan ke semua kota di Pulau Jawa, datang dan berangkat dari [[Terminal Giwangan|Terminal Penumpang Yogyakarta]], yang berada di Jalan Imogiri Timur, Giwangan, berada di tepi Jalan Lingkar Luar Selatan Yogyakarta, di batas wilayah antara Kota Yogyakarta dengan [[Kabupaten Bantul]].
 
==== Pesawat udara ====
 
Transportasi udara dari dan ke Yogyakarta dilayani oleh [[Bandar Udara Adi Sutjipto|Bandara Internasional Adisutjipto]] yang terletak di tepi Jalan Adisucipto KM 9, Desa [[Maguwoharjo, Depok, Sleman|Maguwoharjo]], Kecamatan [[Depok, Sleman|Depok]], Kabupaten [[Kabupaten Sleman|Sleman]]. Bandara ini melayani penerbang domestik ke kota-kota besar di Pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Surabaya), Sumatra (Batam), Bali, Kalimantan (Pontianak, Banjarmasin, dan Balikpapan), dan Sulawesi (Makassar).
 
Selain itu, bandara ini juga melayani penerbangan harian ke [[Singapura]] dan [[Kuala Lumpur]] dengan maskapai [[Malaysia Airlines|Penerbangan Malaysia]] dan [[Indonesia AirAsia]].
-->
== Walikuta Yogyakarta ==
 
{{:Daftar Wali Kota Yogyakarta}}
 
== Kuta kembar ==
* [[Gangbuk-gu]], [[Seoul]], [[Korea Selatan]]
* [[Distrik Commewijne]], [[Suriname]]
* [[Baalbek]], [[Libanon]]
* [[Hue]], [[Vietnam]]
* [[Hefei]], [[RepublikRipublik Rakyat Cina]]
* [[Kyoto]], [[JepangJapang]]
 
== RujukanDijuhut matan ==
{{reflist}}
 
== IthiItihi jua ==
* [[Daptar Dairah Tingkat II]]
 
== RujukanTatautan luar ==
* [http://www.jogja.go.id/ Situs rasmi Pamarintah Kuta Yogyakarta]
* [http://www.jogja.com Jogja.com]
Baris 201 ⟶ 64:
 
[[Tumbung:Indung banua paropinsi di Indonésia|Yogyakarta, Kuta]]
[[Tumbung:KotaKuta Yogyakarta| ]]
 
[[af:Jogjakarta]]