Patampuran Surabaya: Pabidaan ralatan

Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (pandir | sumbangan)
s Bot: Migrating 10 interwiki links, now provided by Wikidata on d:q26496 (translate me)
s clean up using AWB
Baris 18:
|casualties2=600<ref name="Woodburn Kirby"/> - 2,000<ref name="heritage">[http://www.nusantara.com/heritage/surabaya.html The Battle for Surabaya], ''Indunisian Heritage''.</ref> tewas
}}
'''Patampuran Surabaya''' marupakan paristiwa [[sajarah]] [[perang]] antara pihak tantara [[Indunisia]] wan pasukan [[Walanda]]. Paristiwa basar ini tajadi pada tanggal [[10 Nupimbir]] [[1945]] di [[Kuta Surabaya]], [[Jawa Timur]]. Patampuran ini adalah perang panambaian pasukan Indunisia lawan pasukan asing limbah [[Proklamasi Kamardikaan Indunisia]] dan satu patampuran tabasar wan tabarat dalam sajarah [[Revolusi Nasional Indunisia]] nang manjadi simbol nasional atas paaduan Indunisia kapada kolonialisma. <ref name="RICKLEFSp217">Ricklefs (1991), p. 217.</ref>
<!--
TOLONG TERJEMAHAKAN DALAM BAHASA BANJAR
Baris 29:
 
=== Kedatangan Tentara Inggris & Belanda ===
Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indunisia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untukgasan melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal [[15 September]] [[1945]], tentara [[Inggris]] mendarat di [[Jakarta]], kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal [[25 Oktober]] 1945. Tentara [[Inggris]] datang ke Indunisia tergabung dalam [[AFNEI]] (''Allied Forces Netherlands East Indies'') atas keputusan dan atas nama [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|Blok Sekutu]], dengan tugas untukgasan melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indunisia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan [[Hindia Belanda]]. [[NICA]] (''Netherlands Indies Civil Administration'') ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untukgasan tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indunisia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indunisia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.
 
=== Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya ===
Baris 38:
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. [[W.V.Ch. Ploegman]] pada sore hari tanggal [[18 September]] [[1945]], tepatnya pukul 21.00, mengibarkan [[bendera Belanda]] (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indunisia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indunisia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
 
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen [[Soedirman (politikus)|Soedirman]], pejuang dan [[diplomat]] yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (''Fuku Syuco Gunseikan'') yang masih diakui pemerintah [[Dai Nippon Surabaya Syu]], sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untukgasan menurunkan bendera Belanda dan menolak untukgasan mengakui kedaulatan Indunisia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan [[pistol]], dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untukgasan menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama [[Koesno Wibowo]] berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian [[biru]]nya, dan mengereknya ke puncak [[tiang bendera]] kembali sebagai bendera Merah Putih.
 
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal [[27 Oktober]] [[1945]] meletuslah pertempuran pertama antara Indunisia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indunisia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal [[D.C. Hawthorn]] meminta bantuan Presiden [[Sukarno]] untukgasan meredakan situasi.
 
=== Kematian Brigadir Jenderal Mallaby ===
{{utama|Aubertin Mallaby}}
[[Berkas:Aubertin_Mallaby.jpg|thumb|right|Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby]]
Setelah [[gencatan senjata]] antara pihak Indunisia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal [[29 Oktober]] [[1945]], keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal [[Mallaby]], (pimpinan tentara Inggris untukgasan [[Jawa Timur]]), pada [[30 Oktober]] [[1945]] sekitar pukul 20.30. Mobil [[Buick]] yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indunisia ketika akan melewati [[Jembatan Merah]]. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan [[pistol]] seorang pemuda Indunisia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan [[granat]] yang menyebabkan [[jenazah]] Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indunisia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, [[Mayor Jenderal]] [[Eric Carden Robert Mansergh]] untukgasan mengeluarkan ultimatum [[10 November]] [[1945]] untukgasan meminta pihak Indunisia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.
 
==== Perdebatan tentang pihak penyebab baku tembak ====
Baris 51:
[[Tom Driberg]], seorang Anggota [[Parlemen Inggris]] dari [[Partai Buruh Inggris]] (''Labour Party''). Pada [[20 Februari]] [[1946]], dalam perdebatan di [[Parlemen Inggris]] (''House of Commons'') meragukan bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indunisia. Dia menyampaikan bahwa peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan [[telekomunikasi]]. Berikut kutipan dari Tom Driberg:
 
{{quote|"... Sekitar 20 orang (serdadu) India (milik Inggris), di sebuah bangunan di sisi lain alun-alun, telah terputus dari komunikasi lewat telepon dan tidak tahu tentang gencatan senjata. Mereka menembak secara sporadis pada massa (Indunisia). Brigadir Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untukgasan menghentikan tembakan. Mereka patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi. Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untukgasan menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua [[senapan Bren]] dan massa bubar dan lari untukgasan berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untukgasan membuka tembakan lagi, perundingan gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indunisia yang mendekati mobilnya; yang meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby).
 
Saya pikir ini tidak dapat dituduh sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat jujurnya saya tak punya alasan untukgasan pertanyakan ... " <ref> Batara R. Hutagalung: "10 November '45. Mengapa Inggris Membom Surabaya?" Penerbit Millenium, Jakarta Oktober 2001, cetakan xvi, 472 halaman</ref>}}
 
== Ultimatum 10 November 1945 ==
Baris 67:
| last =Frederick | first =William H. | authorlink = | coauthors = | title =In Memoriam: Sutomo | journal =Indunisia | volume =33 | issue = | pages =127–128 | publisher =Cornell University outheast Asia Program | date =April 1982 | url =http://cip.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/seap.indo/1107016901 | doi = | id =seap.indo/1107016901 | accessdate =
| format ={{dead link|date=May 2009}} }}</ref>]]
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda [[Bung Tomo]] yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan [[ulama]] serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. [[Hasyim Asy'ari]], [[Wahab Hasbullah|KH. Wahab Hasbullah]] serta kyai-kyai [[pesantren]] lainnya juga mengerahkan [[santri]]-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indunisia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
 
Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indunisia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. <ref name="RICKLEFSp217"/>. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600. <ref name="Woodburn Kirby">{{cite book
| last =Woodburn Kirby | first =S | authorlink = | coauthors = | title =The War Against Japan Vol. V| publisher =HMSO | date =1965 | location =London | pages = | url = | doi = | isbn = 0-333-57689-6 }}</ref> Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indunisia untukgasan mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai ''[[Hari Pahlawan]]'' oleh [[Republik Indunisia]] hingga sekarang.
-->
== Rujukan ==